30DaysWritingChallenge, Challenge

[Senandika] Day 6: I’m Single and Very Happy #30dayswritingchallenge

PART OF

[SENANDIKA]

Day 6: I’m Single And Very Happy

.

Senandika:

n wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar

WOW! Sudah masuk Day6 nih, guys! (Langsung putar lagu Day6 sealbum-album!)

Well, aku agak lucu sama pemilihan judul kali ini. Honestly, yes, I’m proud to be single, but aku enggak terlalu heboh banget gitu mempromosikan dan berkoar-koar kalau aku itu single. Yah, tapi kan memang benar single, so, judulnya ya kayak gitu juga enggak apa, kan?

Yup, yup! Challenge kali ini adalah ‘Single and Happy’.

Sebenarnya, aku juga bingung mau bawa tulisan ini kemana. Yes, I’m single and fine with it. Happy me! But, apa yang harus ditulis ya?

Hm, let me think. 

Oke, mungkin aku bakal lebih dulu cerita (seriously, ini pasti ngalor-ngidul banget) tentang pendapat orang tentang aku.

Beberapa teman-temanku ada yang enggak percaya aku single (dan benar sudah selama itu enggak pacaran). Rata-rata dari mereka mengira aku tuh pasti ada pacar, atau paling enggak gebetan (teman chatting). Setiap aku jawab enggak ada, kayak mereka langsung kaget. Well, sebenarnya aku juga jadi kaget karena reaksi mereka.

Gini, mungkin waktu aku bahas Day-1 (Who Is Me) aku enggak cerita kalo aku agak malas basa-basi dan memang dalam tahap yang seringkali bodo amat (jujur banget, jeleknya aku, aku jarang balas chat orang kalau menurutku enggak penting). Let’s say, ada yang chat aku cuma ucapin Hi, or something like that, biasanya enggak aku tanggapi, (kecuali aku lagi rajin, dan ini jarang banget memang).

Sifat itu yang mungkin sampai sekarang membuat aku benar-benar enggak dekat dengan orang banyak dalam dunia maya. Meski jujur, kalau dengan orang yang sering bertemu langsung, ya aku ramah dan memang faktanya aku suka mengobrol.

Kalau ada yang baca fiksi-fiksiku, ya jangan kaget sih. Aku jarang curhat lewat fiksi dan rata-rata ide yang kudapat ya karena hasil pemikiranku, bukan karena aku pernah mengalami hal itu.

Lucunya, masih banyak temanku yang meminta saran untuk kasus percintaannya, tapi aku tahu sih, kemungkinan mereka meminta saran, karena mereka pikir aku bisa berpikir rasional tanpa melibatkan perasaan. Walaupun, aku juga bukan tipikal orang yang enggak punya hati, aku masih bisa membaca perasaan orang kok, apalagi berbekal cerita dan fiksi yang kubaca, seenggaknya, aku mengerti emosi mereka walau kemungkinan besar aku enggak pernah merasakannya.

Dan, bicara tentang single, happy ini, aku betulan happy kok. I mean, dalam fase ini, aku enggak berpikir untuk ‘kebelet pacaran’ atau ‘iri dengan keuwuan’, aku enggak dalam fase itu. Bagiku, cinta itu pasti datang di waktu yang tepat, enggak perlu buru-buru, enggak perlu terlalu pusing mencari, karena ya, percaya saja Tuhan sudah punya jodoh di waktu dan tempat yang tepat. Jadi, buat apa khawatir kan?

Lagipula, aku masih ingin fokus dengan segala hal yang ada dalam diriku, memperbaiki diri juga meng-upgrade diri. Aku sadar aku masih terlalu banyak kekurangan, kekeliruan dan segala macam yang menurutku, harus kuselesaikan terlebih dahulu.

Aku pikir, aku belum butuh seseorang. Pacaran itu berat soalnya. Aku harus mengenal si dia, begitu pun dia mengenal aku. Aku harus banyak cerita, begitu pun dia. Kami harus sama-sama bertumbuh dan berkembang (dalam aspek apa pun), belajar untuk mengerti dan dimengerti, memahami dan dipahami, mengingatkan dan diingatkan. Belajar untuk saling dan timbal-balik. Enggak semata untuk hiburan, teman jalan, atau pemuas keinginanku saja, enggak begitu caranya.

Pacaran itu satu jenjang sebelum menikah, jadi harus tahu goal-nya ya memang itu. Kalau sudah tahu, pasti banyak persiapan-persiapan, dan salah satunya dan harus diperhatikan adalah persiapan mental.

Kalau kamu masih belum siap secara mental, bahkan belum mengenal penuh diri sendiri, yang ada akan menyulitkan hubungan itu.

Jadi, menurutku, siapkan dulu diri sendiri.

Well, pasti banyak juga sih pemikiran yang, “Ya kan sama-sama harus bertumbuh dan berkembang, ya pas pacaran dong!” Iya, enggak salah juga. Tapi aku saat ini, prefer ke perbaiki diri sendiri.

Wow, aku tadinya enggak menyangka sih akan mengalir seperti ini, tapi ya pemikiranku memang sering beda dari kebanyakan, jadi jangan heran ya!

Semoga besok bisa lancar menulisnya, enggak kayak sekarang yang terlalu banyak berpikir, hahahaha.

Salam sayang

Ines ❤

Standar

Tinggalkan komentar